BAB 8 Mempengaruhi Sikap dan Perilaku
Sikap – Ada bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi tentang pengertian sikap. Dunia Psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih yang dinamakan sikap? Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas (dalam Ahmadi, 1999), yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.
Definisi Sikap
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.[1]
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.[1] Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.[1] Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.[1] Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.[1] Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.[1]
Faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku manusia
- Genetika
- Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
- Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
- Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
Modifikasi Perilaku
Minggu, 12 Desember 2010 · 18:22 WIB
Dalam buku
Behavior Modification: What It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan
Joseph Pear pada tahun 1992, fading adalah perubahan secara bertahap dimana
sebelum melangkah ke tahap berikutnya maka tahap sebelumnya harus berhasil
terlebih dahulu (misalnya, munculnya respon yang diharapkan) dan setiap
keberhasilan akan mendapatkan reinforcement; terdapat suatu stimulus yang
mengontrol suatu respon, dimana akhirnya akan terdapat stimulus yang berbeda yang
akan menghasilkan respon yang sama.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS FADING:
Memilih stimulus akhir
yang diinginkan (stimulus yang
kita harap dapat menghasilkan perilaku pada bagian akhir dari prosedur fading).
Kita harus berhati-hati dalam memilih stimulus ini. Sehingga munculnya respon
atas stimulus ini dapat dipertahankan di lingkungan pasien sehari-hari. Salah
satu fading yang salah yaitu ketika fading tidak memasukkan aspek-aspek situasi
yang sering dijumpai oleh pasien di lingkungannya sehari-hari.
Memilih stimulus awal. Penting untuk memilih stimulus awal, yang secara
konstan/reliabel, dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan. Stimulus
tambahan yang mengontrol perilaku yang diinginkan tetapi bukan merupakan bagian
dari stimulus akhir yang diinginkan disebut dengan prompts. Ada berbagai macam
prompts, antara lain: verbal prompts, gestural prompts, enviromental prompts,
physical prompts. Seorang guru mungkin akan memberikan sebagian atau semua
jenis prompt ini untuk memastikan respon yang benar. Memilih beberapa jenis
prompt, secara bersamaan, yang secara konstan menghasilkan respon yang
diinginkan akan meminimalkan kesalahan dan memperbesar keberhasilan program
fading.
Memilih langkah-langkah
fading. Penting untuk mengawasi
secara dekat performa pelajar untuk menentukan seberapa lama seharusnya fading
dilaksanakan.
PEDOMAN PENERAPAN
FADING YANG EFEKTIF:
Memilih stimulus akhir
yang diinginkan. Tentukan secara
jelas stimuli apa yang akan diberikan ketika target perilaku seharusnya muncul.
Memilih penguat yang
pantas, memilih stimulus awal
dan langkah-langkah fading:
- Menentukan secara jelas kondisi ketika perilaku yang diinginkan terjadi.
- Menentukan secara jelas dimensi-dimensi (misalnya, warna) yang ingin dipudarkan (fade) untuk mencapai stimulus kontrol yang diinginkan.
- Menekankan langkah-langkah fading yang spesifik untuk dipatuhi dan aturan-aturan tentang perpindahan dari suatu tahap ke tahap selanjutnya.
Merencanakan antisipasi
kegagalan: Pemudaran (fading)
isyarat-isyarat haruslah secara bertahap sehingga kemunculan kesalahan dapat
diminimalkan. Jika kesalahan terjadi, kita harus kembali lagi ke langkah
sebelumnya dan melakukan beberapa kali latihan serta memberikan prompt-prompt
tambahan
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar