BAB 6
SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI
1.
Komponen sikap
Sikap merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau
obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
a.
Kognitif (cognitive). Berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek
sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b.
Afektif (affective) Menyangkut
masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c.
Konatif (conative) Komponen konatif
atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).
MODEL STRUKTURAL SIKAPYang sangat penting dalam memahami peran sikap dalam perilaku konsumen adalah pengertian mengenai struktur dan komposisi sikap. Terdapat empat kategori besar model sikap, yaitu:
1.
Model
Sikap Tiga Komponen
Sikap ini terdiri
dari tiga komponen utama, yaitu:
a.
Komponen kognitif
b.
Komponen afektif
c.
Komponen perilaku
2.
Model
Sikap Multi Atribut
Model ini digunakan
dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga
mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen
norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :
a.Komponen sikap
b.Komponen norma
subyektif
Secara singkat
terdapat tiga model dalam model sikap sikap multi atribut Fishbein, yaitu:
1. Model sikap terhadap obyek
1. Model sikap terhadap obyek
2.
Model sikap
terhadap perilaku,
3. Teori model
tindakan yang beralasan,
3. Teori
Usaha Mengkonsumsi
Suatu teori sikap yang dirancang untuk menjelaskan
berbagai kasus di mana tindakan atau outcome tidak pasti, tetapi sebaliknya
merefleksikan usaha konsumen untuk mengkonsumsi merupakan (atau membeli). Dimaksudkan
untuk menerangkan berbagai kejadian dari tindakan atau hasil tindakan yang
tidak pasti tetapi sebaliknya kejadian tersebut mencerminkan usaha konsumen
untuk mengkonsumsi atau membeli.
3.
Model
Sikap terhadap Iklan
Dalam usaha memahami dampak iklan atau sarana promosi
lainnya seperti katalog pada sikap konsumen pada berbagai produk atau merek
tertentu. Konsumen membentuk berbagai perasaan (pengaruh) dan pertimbangan
kognisi sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaan dan pertimbangan
ini akhirnya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap
merek yang diperoleh dari iklan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses
belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1.
Pengalaman pribadi. Untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.
Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam,
Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam
membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku
yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku
tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang
lain yang dianggap penting. Pada
umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4. Media
massa. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup
kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5.
Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan
dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6.
Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap
demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang
akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan
lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
prasangka
Motivasi
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
Teori yang
digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan
(needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku
manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada
individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang
diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman
(emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi
diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila
kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur
dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan
berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf
pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan,
minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai
agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari
kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Konsep Diri
Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri. Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver, Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas.
Dari pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas, kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang, sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh. Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).
Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri. Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver, Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas.
Dari pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas, kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang, sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh. Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar